Hari raya Islam yang dalam bahasa Melayu di sebut lebaran hajji yang dalam bahasa Arabnya di sebut iedul Adha tahun 1438 Hijriah sudah berlalu.
Dan beberapa tahun yang lalu, 1 hari sesudah hari raya Iedul Adha yang entah di tahun Hijriah yang keberapa saya pribadi lupa, yang saya pribadi ingat di antara sekitar Tahun 2011 Masehi dan pertengahan tahun 2012 Masehi, saya mengalami musibah yang bisa juga di sebut mendapat bencana di halaman timur hotel Dusit Leu Grandeur Mangga Dua Jakarta, yaitu bencana di tembak oleh anggota team Polisi pembunuh keji kelas neraka dari Polsubsektor Mangga Dua Selatan yang saya minta bantuannya untuk mengamankan tamu yang membawa paket kiriman dari Burkina Faso Afrika Barat yang sudah ada di airport Soekarno Hatta Cengkareng Indonesia yang di kirim untuk saya.
Entah apa sebabnya saya di tembak, padahal orang yang di duga bersalah pun tidak langsung di eksekusi.
Awalnya saya menduga team Polisi itu membunuh saya karena mereka ingin dapat bintang jasa atau naik pangkat dari para tirani Indonesia, atau di nilai sebagai jagoan yang harus di takuti dan di hormati juga tidak boleh di kritik oleh saya dan siapa saja, yang di jalan pisang batu tempat tinggal saya orang seperti itu sangat banyak.
Seperti banyaknya orang yang mereka sebut sebagai buser atau intel atau komandan atau pegawai badan narkotika nasional yang membawa dan menjual narkoba yang harus di takuti dan di hormati serta di berikan upeti oleh saya menurut ajaran mereka.
Atau para pembunuh keji itu memburu dan membunuh saya mau mencegah saya melancarkan kudeta merebut kekuasaan di Indonesia.
Tapi ketika saya mendengar berita kasus mengenai pengakuan Fredy Budiman bandar narkoba Indonesia sebelum di eksekusi tembak mati kepada pengurus kontras, saya pribadi menduga, penembakan kepada saya itu ada kaitannya dengan tirani import export Indonesia, yang tampaknya sudah menetapkan peraturan yang hanya para tirani saja yang boleh dan bahkan bisa mengeluarkan dan memasukkan apa saja ke Indonesia.
Dan dalam kasus penembakan dan pembunuhan kepada saya itu, saya pribadi menduga ada yang mau merampok kiriman yang untuk saya oleh komplotan tirani Indonesia penguasa air port Indonesia.
Apa lagi mengingat beberapa bulan sesudah Kasus penembakan itu saya di bantai oleh M.Manurung team dokter pembunuh keji kelas neraka di RS Tarakan Tanah Abang Jakarta, dengan cara isi perut saya di potong dan di keluarkan serta entah di buang kemana, dan tampaknya seperti mencari sesuatu dari dalam perut saya, yang mungkin di duga saya menyembunyikan sesuatu di dalam perut, seperti para kurir narkoba.
Saya di jadikan kambing hitam menghilangkan jejak sesuatu.
Harapan saya semoga kasus pembunuhan keji itu tak terulang lagi di diri saya dan orang beriman lainnya.